본문 바로가기

카테고리 없음

Api Di Bukit Menoreh

C novel
  1. Api Di Bukit Menoreh 390
  2. Api Di Bukit Menoreh 286
Api

Bagian 1DALAM pada itu, Ki Jayaraga bersama Empu Wisanata dan Nyi Dwani masih berdiri di atas panggungan yang di dirikan di sebelah menyebelah regol padukuhan induk. Mereka bertiga tidak habis mengerti, mengapa pasukan para pengikut Panembahan Cahya Warastra itu tidak kunjung menyerang? Mereka justru telah mengambil jarak yang cukup jauh dari dinding padukuhan dan sepertinya ada yang sedang mereka tunggu.“Mengapa mereka tidak segera menyerbu padukuhan ini, Ayah?” bertanya Nyi Dwani.Empu Wisanata menggeleng lemah, “Aku tidak tahu, Dwani. Mungkin mereka menunggu Matahari terbit.”“Bukankah Matahari telah terbit beberapa saat yang lalu?”“Ya,” jawab ayahnya, “Mungkin masih terlalu pagi bagi mereka untuk memulai sebuah pertempuran.”“Tentu tidak,” sahut Ki Jayaraga sambil mengamati para pengikut Panembahan Cahya Warastra yang berlindung di antara pepohonan dan tanggul-tanggul yang tinggi, “Aku merasakan ada sesuatu yang sedang mereka tunggu, namun apakah itu aku tidak dapat menebak dengan pasti.”Sejenak Empu Wisanata dan Nyi Dwani menekur. Berbagai dugaan silih berganti di dalam benak mereka, namun tak satu pun yang dapat dijadikan alasan yang kuat mengapa mereka tidak segera menyerang.Selagi mereka disibukkan dengan berbagai tanggapan atas sikap pasukan Panembahan Cahya Warastra itu, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh bunyi panah sendaren dua kali berturut turut memecahkan udara pagi di atas padukuhan induk Tanah Perdikan Menoreh.Para pengawal Menoreh yang telah bersiap di balik pagar hampir serentak memandang ke udara. Panah-panah itu memang sudah tidak kelihatan namun suara raungannya terasa membelah angkasa.“Jangan terpancing!” tiba-tiba terdengar teriakan yang menggelegar dari Ki Jayaraga yang berdiri di atas panggungan.

Ditebarkan pandangan matanya ke seluruh pengawal tanah perdikan Menoreh yang merupakan gabungan para pengawal yang ada di padukuhan-padukuhan kecil dan padukuhan induk. Katanya kemudian sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi, “Tetap di tempat kalian. Jangan terpancing dengan keadaan yang tidak menentu.

Api Di Bukit Menoreh 390

Biasakan selalu mendengarkan perintah melalui atasan kalian.”Selesai berkata demikian Ki Jayaraga segera mengajak Empu Wisanata dan Nyi Dwani turun dari panggungan. Mereka harus segera memperhitungkan jika musuh jadi menyerang. Gelar yang telah disepakati adalah gelar gedong minep atau jurang grawah. Kalau pintu gerbang padukuhan induk ternyata mampu dijebol oleh pihak lawan, mereka justru akan membiarkan sebagian lawan masuk dengan deras ke dalam padukuhan.

Setelah gelombang serangan itu agak mereda, para pengawal yang bersembunyi di kanan kiri regol akan serentak menyerang untuk memotong arus serangan itu.Ki Jayaraga dengan cerdik telah menanam batang-batang bambu beberapa langkah di belakang regol. Dengan sebuah pengungkit yang diletakkan di kedua ujung bambu-bambu yang ditanam itu, arus serangan lawan akan tertahan beberapa saat.

Api Di Bukit Menoreh 286

Di saat itulah para pengawal di sebelah menyebelah regol akan menyerang pasukan lawan yang tertahan itu.Dengan tergesa-gesa Ki Jayaraga segera menuju ke sebuah rumah yang dijadikan sebagai tempat pertemuan para pemimpin pengawal.